RSS

MEMILAH SAMPAH, MENUJU HIDUP PENUH BERKAH

 Tahukah Anda bahwa tanggal 21 September setiap tahunnya diperingati sebagai hari bersih-bersih sedunia yang dikenal dengan sebutan World Clean Up Day (WCD)?
World Clean Up Day adalah gerakan bersih-bersih terbesar di dunia. Peringatan bermanfaat ini dinaungi oleh Let’s Do It World, suatu gerakan di Estonia yang didirikan oleh para pemrakarsa asal Asia (termasuk Indonesia), Eropa, Amerika, Afrika, dan Oseania. Gerakan ini menghasilkan komitmen dari jaringan-jaringan negara yang tergabung di dalamnya untuk membebaskan planet bumi dari permasalahan sampah.
Sebanyak 680 siswa kelas 1, 2 dan 3 SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen berkumpul di halaman sekolah mulai pukul 07.00. Acara diawali dengan doa dan yel-yel.
Acara pagi ini adalah sosialisasi memilah sampah, seiring dengan pelaksanaan acara world cleanup day yang dilaksanakan serentak pada tanggal 21 september 2019. Acara ini dilaksanakan secara santai, karena anak-anak sudah selesai melaksanakan Penilaian Tengah Semester (PTS).
Mengapa anak-anak dilatih untuk memilah sampah sebelum dibuang? Ustadz kemudian mencontohkan membau plastik dan sampah makanan. Ternyata tidak semua sampah itu berbau. Itu artinya sampah berbau karena bercampur menjadi satu. Untuk itulah sampah dipilah.
Sampah bisa dipilah menjadi dua bagian besar, organik dan anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang mudah terurai, berasal dari makhluk hidup. Sampah ini dapat berupa daun, sisa makanan, kulit buah, tulang, dan kertas. Sampah berupa sisa makanan biasanya akan cepat busuk dan berbau. Sampah anorganik dapat berupa plastik, kaleng, botol, pembungkus makanan.
Pemilahan sampah yang pertama adalah memilih organik terlebih dahulu, mengingat sampah ini sering dianggap menjijikkan. Sampah daun, sisa makanan dimasukkan ke dalam bak sampah berwarna hijau.
Pemilahan berikutnya adalah mengelompokkan kertas, kardus pembungkus makanan ke dalam tempat sampah warna biru. Walapun kertas termasuk sampah organik, namun sampah jenis ini masih bisa diolah kembali, atau didaur ulang.

Sisanya adalah sampah plastik. Sampah dari kelompok plastik bisa dijadikan ekobrik (ecobrick). Setelah dipilah, sampah plastik digunting menjadi bagian-bagian kecil dan kemudian dimasukkan ke dalam botol hingga menjadi padat.
Tahapan-tahapan tersebut mengajarkan siswa untuk melatih ketangguhan dan empati siswa terhadap profesi tukang bersih-bersih selama ini. Sehingga siswa diharapkan mampu lebih menghargai juga lebih peduli terhadap pemilahan sampah. Tahap terakhir adalah penimbangan sampah berdasarkan kategori yang ada.
Sebagai wujud kepedulian untuk memilah sampah, di lingkungan SD Birrul, setiap sepuluh botol bekas air mineral, dapat ditukarkan dengan satu botol air mineral. Untuk mengurangi penggunaan botol sekali pakai, maka setiap anak diwajibkan membawa air minum sendiri yang bisa diisi ulang di sekolah secara gratis. Selain itu, pada kegiatan ekstra kurikuler siswa diwajibkan membawa bekal dalam wadah yang bisa dipakai ulang, atau tidak boleh menggunakan bungkus sekali pakai, yang biasa digunakan oleh warung makan/ gerai makan siap saji.
Dengan berbagai program ini, ada dua manfaat. Yang pertama mengurangi sampah di lingkungan SD Birrul Walidain, dan yang kedua melatih orang tua untuk turut mengurangi penggunaan plastik dan bahan yang sulit terurai.
































  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar