RSS

tunjukkan gigi bersihmu!

Sabtu ceria kali ini (1 Februari 2014) diisi dengan kegiatan yang berbau. Berbau???yach.... kali ini berhubungan dengan kesehatan mulut. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah gosok gigi bersama. Kegiatan dilaksanakan tepat pukul 07.40 WIB seusai para siswa melaksanakan sholat Dhuha. Kegiatan dilaksanakan oleh seluruh siswa kelas 1-4.
Berikut cuplikan tangkapan kameranya.

demo cara menggosok gigi yang benar


ramai-ramai menggosok gigi bersama
sudah bersih. hiiiiiiii



catatan tambahan, cara menggosok gigi dengan benar:

1. Pegang sikat gigi dengan sudut 45 derajat, lalu sikat gigi Anda dari arah gusi ke gigi dengan gerakan vertikal atau memutar di tiap rahangnya. Selalu menyikat gigi dengan tekanan ringan karena resesi gusi sering terjadi akibat terlalu keras menyikat gigi.

2. Sikat seluruh permukaan luar dan kunyah gigi. Sikat gigi bagian luar samping, atas dan bawah, gigi depan dan bagian belakang yang sulit dijangkau. Sikat permukaan kunyah gigi dengan gerakan maju mundur.

3. Sikat permukaan dalam gigi dan lidah. Untuk membersihkan permukaan dalam gigi, sikat dengan arah vertikal atau dengan gerakan mencungkil. Jangan lupa menyikat lidah, karena lidah merupakan tempat dimana bakteri paling banyak berkumpul.

4. Menyikat gigi setiap selesai makan dan tepat sebelum tidur. Sikatlah selama 2 menit. Buang sisa pasta gigi dan berkumur sekali saja agar bahan aktif dapat bertahan lebih lama, dan memberikan perlindungan yang lebih optimal.


dikutip dari www.budipunya.blogspot.com
Readmore → tunjukkan gigi bersihmu!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

BELAJAR MEWARNAI


Hari ini, Rabu (29 Januari 2014) bertempat di aula Sekolah kami, siswa-siswi kelas 1-2-3 kedatangan tamu istimewa. Siapakah mereka?? Mbak dan Mas yang hadir adalah Mas Yunas dan Mbak Ria. Mereka berdua mewakili FABER CASTELL untuk berbagi ilmu mengenai cara mewarnai yang baik menggunakan salah satu produk Faber Castell, yaitu connector pen.
Kegiatan ini merupakan rangkaian Lomba Gambar Nasional dengan tema "Jelajah Dunia Penuh Warna" yang diselenggarakan oleh Faber Castell dengan Hadiah utama Liburan ke Singapura. Kegiatan lomba itu sendiri untuk wilayah Sragen dan Karanganyar akan dilaksanakan di Pendapa Kantor Dinas Bupati Sragen pada Hari Ahad tanggal 9 Februari 2014. Dipilihnya 'Jelajahi Dunia Penuh Warna' sebagai tema dalam kegiatan ini karena setiap individu anak pada dasarnya kreatif dan memiliki daya kreasi tanpa batas. Sehingga anak-anak tersebut perlu didukung untuk menciptakan imajinasinya sendiri.

Pada pukul 07.00 siswa mengawali aktifitas dengan sholat Dhuha. Setelah itu mereka masuk ke ruang aula untuk mempersiapkan diri. Acara diawali dengan senam otak yang dipandu oleh Mas Yunas, dan dilanjutkan dengan pembagian kertas bergambar. Setelah semua siswa mendapatkan kertas bergambar, saatnya belajar mewarnai. Eh, ada yang lupa, ternyata tidak semua siswa mempunyai connector pen. Siswa mendapatkan pinjaman connector pen. Beginilah bentuk connector pen tersebut.
connector pen
Pelajaran pertama adalah teknik mewarnai. Mengutip dari blog
TIPS MENGGUNAKAN CONNECTOR PEN
Connector Pen dapat digunakan sebagai alat untuk menggambar dan mewarnai yang tidak kalah menarik dibandingkan dengan alat lainnya, ada berbagai cara yang dapat dilakukan dalam menggunakannya, yaitu:
 Corat-coret
Percayakah dari corat-coret Connector Pen yang tidak terstruktur dapat menghasilkan suatu gambar kreatif ?
  1. Mulailah membuat coretan tak beraturan pada selembar kertas menggunakan Connector Pen dengan warna yang lebih muda.
  2. Lakukan hal yang sama dengan langkah sebelumnya, menggunakan Connector Pen berwarna lebih gelap diatas coretan yang telah dibuat.
  3. Gambarlah tubuh landak lengkap dengan hidung, mulut, mata dan kaki kemudian diwarnai dengan Connector Pen warna cerah.
  4. Tambahkan gambar-gambar binatang lainnya untuk memperlengkap gambar landak.

 Spiral
Lingkaran-lingkaran berbentuk spiral juga dapat menggambarkan suatu obyek.
Awali dengan membuat gambar spiral besar di bagian tengah kertas untuk membentuk tubuh badut.
Lanjutkan gambar dengan membuat spiral-spiral berukuran lebih kecil pada kiri dan kanan gambar tubuh badut bagian atas dan bagian bawah sehingga membentuk lengan dan kaki.
Tambahkan juga gambar spiral di bagian tengah atas tubuh badut sehingga membentuk kepalanya. Lengkapi juga dengan gambar sepatu dan tangan.
Langkah terakhir, warnai bagian spiral yang kosong menggunakan Connector Pen dan jangan lupa untuk menambahkan gambar mata dan topi badut.
Spiral Dua Connector Pen
Dua Connector Pen dapat juga digunakan dalam menggambar bentuk spiral.
Gambarlah bentuk spiral-spiral kecil bersambung menggunakan dua Connector Pen sekaligus sehingga membentuk badan ular. Pertebal di bagian atas untuk menciptakan kepalanya.
Kemudian ulangi lagi langkah di atas menggunakan sebuah Connector Pen berwarna lebih gelap untuk memberi efek warna yang lebih kuat.
Terakhir, tambahkan gambar mata, alis, gigi taring dan lidahnya.


Readmore → BELAJAR MEWARNAI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENUMBUHKAN BUDAYA BACA LEWAT SABTU CERIA

kan bagus kalau kita pandai baca
membaca tu jembatan ilmu
jadi, lagi banyak buku cerita yang kita baca
lagi banyak pengajaran yang kita dapat

tapi kita musti paham apa yang kita baca.
ingat ya...
ingat cik gu..

ingat lirik lagu PADI berikut ini... ??


Baca bukumu jangan biarkan sampai berdebu
Buka bukumu jangan sia-siakan waktumu
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Karena dengan buku kamu bisa tahu
Dan menambah ilmu yang berguna
Kalau mau tahu bacalah bukumu
Pasti kan membantu meraih angan dan mimpi
Buku adalah muara ilmu
Baca bukumu agar kau memahami dunia
Baca bukumu jangan biarkan sampai berdebu
Buka bukumu jangan sia-siakan waktumu
Karena dengan buku kamu bisa tahu
Dan menambah ilmu yang berguna
Kalau mau tahu bacalah bukumu
Pasti kan membantu meraih cita-citamu
Buku adalah muara ilmu
Baca bukumu agar kau memahami dunia
Di samudera angkasa dan ke perut bumi
Kau bisa belajar semua yang kau mau
Dengan bukumu adalah muara ilmu
Baca bukumu agar kau memahami dunia
Buku temanmu di setiap waktu
Baca bukumu di saat luang waktumu
Baca bukumu

ya, lagu yang menjadi sound track upin-ipin ini begitu dalam maknanya bagi semua orang.

namun membaca menjadi sesuatu yang membosankan dan banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Sehingga dapat memunculkan image yang kurang baik dalam membaca.Membaca dalam kehidupan sehari-hari sangat sulit dijumpai. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa semua hampir jarang menerapkan budaya membaca. Di dalam persekolahan saja masih banyak siswa atau murid yang jarang membaca, padahal diluar sana sangat memerlukan pendidikan. Terutama kaum remaja, mereka sudah tidak mau peduli dengan aktivitas membaca. Lebih baik kumpul dengan teman-teman ketimbang membaca.

 Agar perkembangan budaya membaca bisa berjalan dengan cepat, diperlukan penanaman kebiasaan membaca yang serius dari masing individu.

Dalam ruang lingkup keluarga orang tua dapat menyediakan fasilitas seperti ruang belajar sendiri yang nyaman agar si anak tetap betah untuk berlama-lama membaca diruang tersebut. Tanpa disadari hal yang demikian akan menambah motivasi anak untuk membaca

Kemudian peran teman adalah mengajak teman-teman sejawatnya untuk membaca di Perpustakaan keliling atau di tempat-tempat yang sekiranya banyak menyediakan buku bacaan.

Di sekolah, guru adalah ujung tombak untuk menciptakan budaya baca dalam diri siswa. Banyak hal bisa dicoba dan diterapkan untuk menumbuhkan budaya tersebut. Seperti halnya mengajak peserta didik untuk membaca dan menelaah buku-buku yang menarik di perpustakaan. Atau dengan memberikan tugas yang sumbernya harus dicari di perpustakaan.

akhir pekan kemarin(Sabtu, 18 Januari 2014) SD Birrul Walidain mengenalkan budaya baca ke anak-anak dengan suatu acara santai. dikemas dengan minum susu bersama di teras kelas masing-masing, kemudian anak diminta membaca buku yang mereka bawa dari rumah. konsep ini dipilih karena membaca memang harus dimulai dari buku yang disukai. SD Birrul Walidain menerapkan konsep bersantai (sambil bercanda dengan teman) dengan harapan membaca menjadi budaya bersama bagi anak-anak. 
 
kan bagus macam ni...
rajin baca buku..

Siapa lagi yang tak pandai baca..?
 
Readmore → MENUMBUHKAN BUDAYA BACA LEWAT SABTU CERIA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PELAKSANAAN BK (BIMBINGAN KONSELING) DI SD

PELAKSANAAN BK (BIMBINGAN KONSELING) DI SD
(oleh Tri Wiyatmi, S.Pd)

A.    Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling di SD
Konsep adalah suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena.
Konsep yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
1)      Jelas artinya dapat dipahami dan tidak mengandung pertentangan di dalamnya.
2)      Komprehensif artinya dapat menjelaskan fenomena secara menyeluruh.
3)      Eksplisit artinya setiap penjelasan didukung oleh bukti yang dapat diuji.
4)      Parsimonius artinya menjelaskan data secara sederhana tetapi jelas.
5)      Dapat menurunkan penelitian yang bermanfaat.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah tujuan utamanya adalah mengembangkan potensi anak secara optimal. Karena dalam diri anak terdapat bakat, minat dan kecakapan yang harus dikembangkan melalui proses pendidikan. Bagi anak yang mempunyai masalah kemungkinan akan terhambat dalam mencapai tujuan institusional yang telah ditetapkan. oleh karena itu bagi anak yang mempunyai masalah perlu mendapatkan perhatian secara serius dan harus segera ditangani. Dalam hal ini guru pembimbing sebagai tenaga pendidik yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah, “bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka untuk menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depannya” (GBPBK, 2000:1). Sedangkan konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan secara pribadi dan sosial dalam rangka memperbaiki perilaku, kesehatan mental, keefaktifan pribadi dan problim solving.
Singgih D. Gunarsa (1996 : 18) menjelaskan : “ dilihat dari sejarahnya, konseling berkaitan erat dengan pemberian nasehat. Suatu keinginan untuk membantu orang lain dengan memberi nasehat, namun kenyataannya tidak sesederhana sebagaimana diperkirakan”. Menurut pendapat tersebut dalam usaha merumuskan sesuatu tidak mungkin terlepas dari latar belakang teori dan pandangan para ahli atau tokoh yang menyusun, merumuskan, serta penekanan sesuai dengan orientasi khusus yang ingin lebih ditonjolkan. Sehingga merumuskan sesuatu hendaknya berdasar pada teori-teori yang telah ada dan perlu kajian yang mendalam.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka antara dua orang, yang satu karena keahliannya membantu yang lain untuk mampu mengatasi kesulitan, konflik dan hambatan yang dihadapinya, orang yang memberi bantuan itu disebut penyuluh, dan yang diberi bantuan disebut klien (UMM, 2003 : 3)
Berpijak dari definisi  tersebut, konseling  mempunyai  unsur  -unsur  antara  lain :     a) proses pemberian bantua, b) dalam suasana tatap muka, c) yang membantu disebut konselor, d) yang dibantu disebut klien, e) klien mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi. Sehingga dalam konseling perlu adanya konselor dan klien yang dihadapkan pada masalah untuk dipecahkan, sehingga klien dapat memecahkan permasalahannya.
Selain unsur tersebut konseling mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :             1) konseling berkaitan dengan mempengaruhi secara sengaja perubahan perilaku pada sebagian dari kepribadian klien; 2) tujuan dari konseling adalah untuk membuat kondisi yang memudahkan terjadinya perubahan yang disengaja pada sebagian diri klien; 3) seperti halnya pada semua hubungan, pada klien harus ada pembatasan-pembatasan; 4) kondisi yang mempermudah terjadinya perubahan perilaku diperoleh melalui wawancara; 5) mendengarkan harus ada pada konseling, tetapi tidak semua konseling harus mendengarkan; 6) konseling dilakukan dengan tertutup (privacy) dan diskusi bersifat rahasia (confidential).
Definisi konseling secara umum adalah suatu proses bantuan yang diberikan pada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya melalui wawancara secara langsung berhadapan muka, agar konselor sebagai orang yang membantu memecahkan masalah, dapat mengamati perubahan-perubahan sikap serta perubahan wajah klien/konseli dalam memahami diri klien beserta masalahnya. konseling tidak hanya sekedar memecahkan masalah yang dihadapi individu secara langsung melainkan membantu individu dalam mengubah dirinya menuju kedewasaan dan pengarahan diri. Pemecahan masalah didasarkan pada usaha pengembangan kemampuan yang optimal dalam usahanya menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri maupun lingkungan.
Jika diperhatikan fenomena pada saat ini, ternyata bimbingan dan konseling sangat diperlukan, karena masalah-masalah yang timbul di kalangan siswa tidak cukup dihadapi dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat instruksional saja. Kehadiran bimbingan dan konseling terlebih-lebih layanan konseling, dengan sendirinya sangat positif ditanggapi. Hal ini adalah realita dari satu sisi, yang sampai saat ini layanan konseling masih bermanfaat. Di sisi lain tidak sedikit klien-klien yang tidak berhasil dalam mengentaskan diri dari cengkeraman problemnya meskipun telah memnanfaatkan jasa para konselor yang mendampinginya setiap saat. Ketidakberhasilan yang dimaksud ternyata semata-mata dari faktor konselor. Ketepatan serta cara mengaplikasikan teori atau pendekatan konseling tertentu, tampaknya menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini dikarenakan setiap individu klien tidak sama masalahnya, maka teknik konseling yang digunakan oleh konselor seyogyanya disesuaikan dengan perbedaan individu tersebut. 

B.     Tujuan Bimbingaan  dan Konseling di SD
Secara umum tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah untuk membantu para siswa agar dapat mencapai tahap perkembangan optimal. Secara akademis pelayanan ini bertujuan agar setiap siswa memperoleh kesesuaian antara kemampuan dan jurusan (program studi) yang dipilihnya dan dapat mencapai prestasi kerja secara optimal.
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial, pendidikan, dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan.

C.     Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Tiedeman, Dinkmeyer dan Dreikurs dalam Stone (1983), memandang bahwa program bimbingan di sekolah dasar perlu diarahkan pada pengembangan kognitif dan afektif sekaligus. Konsep mereka itu diarahkan pada pengembangan kekuatan ego (ego strength), bukan hanya pada upaya memperbaiki tingkah laku yang salah suai (maladjusted) saja. Program bimbingan dan konseling didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
1)      Bimbingan untuk semua. Setiap siswa memiliki hak untuk mendapatkan layanan bimbingan dari gurunya; fokus bimbingan bukan kepada siswa tertentu melainkan pada siswa yang normal bahkan pada siswa yang cerdas sekalipun.
2)      Bimbingan di SD dilaksanakan oleh semua guru kelas. Jika ada konselor maka tugasnya adalah memberikan layanan konseling dan konsultasi kepada siswa, guru, dan orang tua siswa. Bimbingan diberikan kepada siswa secara langsung dan tidak langsung.
3)      Bimbingan diarahkan untuk membantu siswa mengetahui, memahami, menerima dirinya sendiri baik secara kognitif maupun secara afektif. Maksudnya bahwa bimbingan diarahkan untuk mengembangkan kompetensi pribadi yang kuat, dan untuk berhubungan secara efektif dengan kegiatan dan tugas hidup sosialnya. Tekanan program bimbingan bukan pada aspek remediasi (penyembuhan siswa yang bermasalah) melainkan pada pengambangan aspek-aspek positif yang dimiliki oleh tiap siswa.
4)      Bimbingan dapat diberikan secara informal dan incidental namun alangkah lebih baiknya jika dilaksanakan secara terencana dan terprogram. Program bimbingan memberikan pengalaman yang runtut dan berkelanjutan untuk membantu siswa mencapai tugas perkembangan baik dalam aspek intelektual maupun aspek emosional. Kurikulum memberikan pengalaman kepada siswa yang memungkinkan para guru dapat mengintegrasikan prosedur bimbingan dengan materi pelajaran. Fungsi bimbingan dari guru atau konselor adalah membantu siswa untuk mencapai kurikulum secara sukses. Oleh karena itu, para guru membutuhkan ketrampilan-ketrampilan bimbingan untuk membuat kurikulum menjadi pengalaman yang bermakna bagi setiap siswa.
5)      Bimbingan di sekolah dasar menempatkan tekanan pada pencapaian tujuan dan kebermaknaan pengalaman belajar. Tujuan yang ditetapkan oleh guru dan yang diharapkan oleh siswa harus sesuai. Perencanaaan guru dan penilaian siswa adalah prosedur dasar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
6)      Bimbingan difokuskan pada asset. Artinya upaya guru dalam membantu anak harus bertitik tolak dari potensi siswa, dan melakukan apa yang terbaik buat siswa. Tindakan guru merupakan proses-proses yang membuat siswa melakukan sesuatu sesuai dengan kekuatan potensi yang dimilikinya.
7)      Bimbingan mengakui bahwa siswa tengah mengalami proses, berarti guru harus lebih banyak melihat anak dari sisi positif dari pada sisi negatifnya.
8)      Program bimbingan kerja sama akan dapat terlaksana sangat efektif jika diupayakan melalui kerja sama yang baik antara guru, siswa, orang tua siswa, tenaga administrative dan sumber-sumber daya yang ada di masyarakat sekitar.

Selain prinsip-prinsip diatas dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di SD perlu diperhatikan juga prinsip-prinsip berikut:
a)      Karena bimbingan dan konseling berhubungan dengan sikap dan perilaku individu (siswa), maka perlu diingat bahwa sikap dan prilaku individu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan rumit
b)      Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individu orang-orang yang akan dibimbing (siswa). Berikan bimbingan yg tepat, sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh individu yang dibimbing.
c)       Bimbingan adalah suatu proses membantu individu (siswa) untuk dapat membantu dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
d)     Bimbingan hendaknya bertitik tolak pada individu (siswa) yang dibimbing
e)      Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh guru pembimbing di SD, harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang memecahkannya.
f)       Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu (siswa) yang akan dibimbing
g)      Bimbingan harus luwes dan fleksibel, sesuai dengan kebutuhan individu (siswa) yang dibimbing dan masyarakat.
h)      Program bimbingan di SD harus sesuai dengan program SD yang bersangkutan.
i)        Pelaksanaan program bimbingan harus disimpan oleh seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan dapat menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di luar SD
j)        Terhadap program bimbingan harus selalu diadakan penilaian berkala untuk mengetahui sampai dimana hasil yang telah dicapai dan mengetahui apakah program itu sesuai dengan apa yang direncanakan semula.

D.    Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD
Sugiyo, dkk. (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:
1)      Fungsi Penyaluran (distributive)
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah lanjutan/sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita, dan ciri-ciri kepribadiannya. Di samping itu, fungsi ini juga meliputi bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah; misalnya membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar.
2)       Fungsi Penyesuaian (adjustive)
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan, khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
3)      Fungsi Adaptasi (adaptive)
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah, khususnya guru, dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini, pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan, serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswa, sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan, dan minat

E.     Peran Guru Kelas dalam kegiatan BK di SD
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi  sangat  menentukan  keberhasilan  proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas (bagi sekolah tanpa guru bimbingan) dalam pelaksanaan  kegiatan BK  sangat  penting  dalam  rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
1)      Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2)      Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
3)      Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4)      Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5)      Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6)      Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
7)      Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
8)      Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9)      Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

F.      Jenis Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling
Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan. Jadi Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.
Agar dapat menguasai teori atau pendekatan dalam konseling itu, perlu kiranya mempelajari sejumlah teori-teori atau pendekatan-pendekatan dalam konseling. Kegunaan mempelajari berbagai macam teori atau pendekatan itu, agar konselor dapat dengan leluasa dan fleksibel memilih teknik-teknik mana yang cocok untuk membantu para klien sesuai dengan karakteristiknya.
Dalam perkembangan sampai dewasa ini, banyak teori atau pendekatan konseling yang ada. Teori atau pendekatan konseling terbagi dalam dua kelompok pendekatan yang berorientasi pada aspek-aspek kognitif dan afektif.
Jenis  teori atau pendekatan konseling antara lain : (1) Konseling “Trait and Factor”, (2) Konseling “Client centered”, (3) Konseling “Psikoanalitik”, (4) Konseling “ Rational Emotive”, (5) Konseling “Tingkah Laku”, (6) Konseling “Analisis Transaksional”. (Sayekti Pujosuwarno, 2002:50)

Keterangan dari masing-masing pendekatan tersebut adalah :
a.      Konseling Trait and Factor
Teori atau pendekatan Trait and Factor digolongkan pada kelompok yang mengutamakan dimensi kognitif atau rasional dalam perilakunya terhadap perilaku klien. Maka dari itu implikasi utama pada teori ini adalah penggunaan tes psikologis sebagai alat yang dipandang valid untuk memperoleh informasi obyektif mengenai keadaan kepribadian klien/konseli.
Tujuan  konseling  trait and factor  adalah  untuk  mencapai  tingkat excellent dalam segala aspek kehidupan klien, dengan cara membantu atau memberi kemudahan (to faclifate)dalam proses perkembangan individu klien tersebut.
Tahapan - tahapan dalam  konseling  trait and factor  adalah  sebagai  berikut :  1) Analisis. tahap ini merupakan langkah pengumpulan data atas informasi tentang diri klien termasuk lingkungannya. 2) Sintesis. Pada tahap ini yang dilakukan adalah mensintesiskan data yang telah tersedia, memilih mana yang berguna, dan mana yang tidak sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan. 3) Diagnosis. Pada tahap ini konselor menetapkan atau memutuskan kesimpulan-kesimpulan tentang masalah klien serta latar belakang penyebabnya. 4) Prognosis. Pada langkah ini konselor meramalkan tentang kemungkinan keberhasilan klien dalam proses konseling. 5) Treatment. Tahap ini merupakan inti dari pelaksanaan konseling. Usaha-usaha yang dilakukan dalam tahap ini adalah : (a) menciptakan hubungan baik antara klien dan konselor, (b) menafsirkan data yang telah ada dan mengkomunikasikan dengan klien, (c) memberikan saran atau ide kepada klien, atau merencanakan kegiatan yang dilakukan bersama klien, (d) membantu klien dalam melaksanakan rencana-rencana kegiatan. 6) Follow Up. Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan apakah usaha konseling itu efektif atau tidak.
Teknik utama yang digunakan dalam konseling trait and factor adalah : 1) Estailishing Rapport (menciptakan hubungan baik). Merupakan faktor khusus yang memberikan suatu dasar untuk menciptakan hubungan. Meliputi penghargaan konselor yang merupakan reputasi kompetensi, bersifat ramah, dan menumbuhkan kepercayaan diri siswa sebelum melakukan interview konseling, 2) Cultivating Self Understanding (mempertajam pemahaman diri). Konselor diharapakan membantu klien dalam memahami dirinya sendiri yang mencakup segala kelebihan dan kekurangannya, dan membantu siswa menggunakan kelebihannya, serta mengatasi kelemahannya, 3) Avdising or planning a program of action (memberi nasehat membantu memecahkan program tindakan). Konselor memulai dengan memilih tujuan klien,pandangannya,atau sikapnya,  kemudian  mengemukakan data yang positif maupun negative dari diagnosis, 4) Carrying Out the Plan (melaksanakan rencana). Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor boleh memberikan bantuan secara langsung, 5) Referal to Other Personal Workers (pengiriman pada ahli lain). Pada dasarnya tidak ada konselor yang ahli (qualified) dalam memecahkan berbagai masalah, maka konselor perlu menyadari keterbatasan dirinya. Konselor mengetahui sumber yang lebih spesialis untuk menolong, maka konselor perlu mengirim klien kepada ahli lain yang lebih mampu.
b.      Konseling Client Centered
Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwa manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah berfungsi penuh dalam konteks hubungan konseling, mengalami perasaan yang sebelumnya diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak kearah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan.
c.       Konseling Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Adapun perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
d.      Konseling Rational Emotive
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan-kecenderungan kearah berpikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang rasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif, tingkah laku tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganilisis, melakukan, dan memutuskan ulang. Modelnya adalah didaktif direktif, tetapi dilihat sebagai proses reduksi.
e.       Konseling Tingkah Laku
Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya. pandangannya deterministik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.
f.        Konseling Analisis Transaksional
Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang. Meskipun manusia bisa menjadi korban dari putusan-putusan bingung dan sekenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.

G.    Tehnik Bimbingan dan Konseling
Tehnik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Tehnik Bimbingan dan Konseling adalah Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling.
   Pada dasarnya tehnik-tehnik pengenalan dan pemahaman individu dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :
1.      Tehnik Non Testing
2.      Tehnik Testing
1)      Tehnik Non Testing
Tehnik Non Testing adalah tehnik-tehnik pengumpulan data dengan menggunakan alat yang bukan test. Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan tehnik testing. Penggunaan tehnik ini perlu diutamakan karena alat-alat tersebut dapat diusahakan sendiri oleh konselor atau petugas bimbingan di sekolah. Tehnik non testing ada bermacam-macam jenisnya, antara lain :
Tehnik wawancara, adalah suatu proses pembicaraan dalam suatu situasi komunikasi langsung (face to face relationship) antara pewawancara dan yang diwawancarai dalam hal mana kedua belah pihak saling memberikan dan atau menerima informasi tentang persoalan-persoalan yang dibicarakan. Sedangkan dalam bidang bimbingan dan konseling , wawancara dapat mempunyai berbagai tujuan, seperti (a) pengumpulan data, (b) menciptakan hubungan baik, (c) memberi pertolongan.
Tehnik Observasi, adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja dengan menggunakan alat indera (terutama mata) dan pencatatan terhadap gejala perilaku yang diselidiki. Alat indera merupakan alat utama dalam observasi, oleh karena itu agar observasi dapat berhasil maka dituntut kemampuan menggunakan alat indera dengan sebaik-baiknya. Kesengajaan itu bersangkutan dengan tanggung jawab ilmiah bagi yang melakukan observasi, sedangkan sistematis merupakan ciri kerja ilmiah. Gejala-gejala perilaku individu perlu diselidiki bilamana kita ingin memahami kondisi kepribadian seseorang individu. Oleh karena itu tehnik observasi sangat tepat untuk memahami perilaku individu.
Tehnik Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang ingin diselidiki atau responden. Dengan mempergunakan kuesioner akan dapat diperoleh fakta-fakta atau opini-opini. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner sangat tergantung pada maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap bentuk dari pertanyaan yang ada dalam kuesioner itu. Kuesioner berfungsi sebagai tehnik pengumpul data dan juga sebagai alat pengumpul data.
 Tehnik Dokumentasi, yaitu tehnik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dengan usaha mempelajari dan membuktikan laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran yang bertalian dengan keperluan yang dibutuhkan. Dokumen tersebut dapat diambil dari buku pribadi, buku rapor dan daftar presensi.
Pemeriksaan fisik dan kesehatan, yang dapat dilakukan secara periodik, misalnya satu bulan atau satu semester sekali.dapat juga dalikukan secara insidentil (sewaktu-waktu) sesuai kebutuhan atau masalah yang dihadapi. Data tentang pertumbuhan jasmani atau kesehatan dapat dipergunakan sebagai pedoman guru atau konselor di dalam membantu murid.
Tehnik Biografi, yaitu tehnik pengumpulan data dengan menggunakan bahan-bahan yang berwujud tulisan mengenai kehidupan subjek yang diselidiki , baik yang ditulis sendiri maupun oleh orang lain. Bahan-bahan biografis yang banyak dipergunakan dalam pengumpulan data adalah : biografi, autobiografi, buku harian, kenangan masa muda dan case history.
 Tehnik home visit (kunjungan rumah), adalah suatu tehnik bimbingan dimana konselor atau guru mengadakan kunjungan ke rumah orang tua murid dengan tujuan untuk lebih mengenal dan memahami lingkungan hidup murid dalam keluarga dan keterangan-keterangan lain tentang murid.
Tehnik Sosiometri dikemukakan oleh Moreno yang bertujuan untuk meneliti saling hubungan antara anggota kelompok di dalam suatu kelompok. Dengan kata lain sosiometri banyak digunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok. Dengan sosiometri maka akan dapat diketahui kesukaran seseorang dalam kelompoknya, baik dalam pekerjaan, belajar di sekolah maupun teman-teman bermain, menyelidiki ketidaksukaan terhadap teman kelompoknya.
Tehnik Case Study adalah suatu tehnik untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara mendalam, dengan tujuan membantu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik. Studi kasus bersifat integrative artinya dalam mengumpulkan data menggunakan berbagai macam pendekatan misalnya wawancara, observasi dan lain-lain. Studi kasus juga bersifat komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi berbagai aspek kepribadian misalnya data tentang latar belakang sosial, latar belakang keluarga dan lain-lain.
Tehnik Case Conference adalah pertemuan yang direncanakan untuk membahas keadaan dan masalah seseorang atau beberapa orang. Tujuannya adalah untuk lebih mengenal dan memahami anak yang mengalami kasus agar dapat diberikan pertolongan secara tepat. Yang ikut menghadiri dalam case conference adalah konselor, wali kelas, kepala sekolah, guru dan ahli lain yang dianggap perlu, kadang-kadang orang tua diundang jika dalam pembahasan kasus menuntut kerja sama dari orang tua.
2)      Tehnik Testing.
Tehnik tes tediri dari bermacam-macam tes, diantaranya :
1.      tes kemampuan
2.      tes prestasi
3.      tes bakat
4.      tes minat
5.      tes kepribadian.
Penggunaan tes bagi konselor berfungsi untuk :
1)      Mengetahui kemampuan, minat, bakat, kepribadian individu/siswa sehingga dapat dipahami kekuatan dan kelemahannya yang nantinya menjadi bahan dalam pemberian bantuan.
2)      Membantu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan untuk menuju sukses sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan siswa.
3)      Membantu siswa dalam mengambil keputusan dasar yang berkenaan dengan perencanaan pendidikan dan pekerjaan. Kesulitan-kesulitan siswa yang berkenaan dengan hal-hal tersebut dapat dipertimbangkan dengan hasil tes yang ada.
4)      Menggunakan tes untuk diagnosis masalah siswa, maksudnya masalah-masalah siswa dikenali dan direncanakan untuk dapat ditetapkan dalam usaha perbaikannya.
5)      Membantu mengevaluasi hasil-hasil bimbingan atau konseling.

Program Bimbingan dan Konseling
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi, dengan substansi program pelayanan yang mencakup :
Empat bidang jenis layanan dan kegiatan pendukung format kegiatan, sasaran pelayanan volume/beban tugas konselor. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan bimbingan dan konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/madrasah.
 Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu :
Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan   selama  satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
Program  Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu.

Penyusunan Program
  1. Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.
  2. Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.

H.    Azas-azas Bimbingan dan Konseling
Azas-azas Bimbingan dan Konseling yaitu :
1)      Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang klien (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2)      Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan klien (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3)      Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar klien (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan klien (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4)       Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar klien (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
5)      Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: klien (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.
6)      Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan klien (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
7)      Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8)      Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9)      Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan klien (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
10)  Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11)  Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.



the end............SEMOGA BERMANFAAT !!!!!

















Readmore → PELAKSANAAN BK (BIMBINGAN KONSELING) DI SD

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS