RSS

FORUM ILMIAH ANTARA SEKOLAH DAN ORTU-WALISANTRI

Ahad, 01 Desember 2013 bertempat di gedung KNPI, SD Birrul walidain bersama Komite sekolah menyelenggarakan pendidikan parenting dengan bahasan "DAMPAK PERKEMBANGAN MULTI MEDIA BAGI TUMBUH KEMBANG PENDIDIKAN ANAK (Tinjauan Psikologis dan Praktisi Pendidikan)" menghadirkan dua nara sumber yaitu Drs Suwardi, MM (Kabid DIKDAS Dinas Pendidikan Sragen dan Drs Soleh Amini Yahman, M.Si.Psi (Staf pengajar Fak Psikologi UMS dan konsultan sekolah Muhammadiyah).

dalam makalahnya Drs Suwardi, MM menekankan beberapa alternatif solusi bagi pendampingan terhadap anak-anak yaitu :
1. dengan pengalihan terhadap kegiatan positif lain
2. keteladanan orangtua dan anggota keluarga yang sudah dewasa
3. enanaman karakter dan budi pekerti dengan rumus : mula-mula DALAM MELAKUKAN SESUATU KADANG HARUS DIPAKSAKAN, hingga melakukan suatu pembiasaan tersebut dengan TERPAKSAAN hingga akhirnya TERBIASA dan endingnya menjadi BUDAYA.

Drs Soleh Amini Yahman, M.Si, Psi mengatakan bahwa "

Semua yang ada di sekitar anak sesungguhnya adalah sumber belajar bagi anak. Positif atau negatif tergantung bagaimana pendidik dan orangtua memanfaatkannya dengan baik.  Mempersiapkan anak sejak dini untuk mempunyai kemampuan menseleksi media jauh lebih efektif daripada menghindarkan anak dari media. Berkenaan dengan itu mempersiapkan pendidik, orangtua, pengasuh dan orang dewasa lainnya yang berada di sekitar anak menjadi sangat penting agar media menjadi bermanfaat bukan sebaliknya.



Permasalahan Kita

Anak rentan terhadap pengaruh media

Siapa yang paling gampang terpengaruh/terpapar efek buruk dari Media ? Jawabnya adalah anak dan remaja. Mengapa ?
1.      Karena anak-anak dan Remaja yang biasanya belum kritis
2.      Anak dan Remaja umumnya senang mengimitasi apa yang dilihat atau apa yang didengar
3.      Pengaruh teman sebaya/peer group.

Media Apa Yang Wajib Diwaspada
1.      TelevisiVideo Game,  Internet,  Handphone/PonselFilm VCD/DVDKomik


BACA SELENGKAPNYA MAKALAHNYA 
Intervensi Media Massa Terhadap
 pola pengembangan kepribadian Anak Didik
By. Soleh Amini Yahman. Psikolog[1]

Latar Belakang Masalah
Semua yang ada di sekitar anak sesungguhnya adalah sumber belajar bagi anak. Positif atau negatif tergantung bagaimana pendidik dan orangtua memanfaatkannya dengan baik.  Mempersiapkan anak sejak dini untuk mempunyai kemampuan menseleksi media jauh lebih efektif daripada menghindarkan anak dari media. Berkenaan dengan itu mempersiapkan pendidik, orangtua, pengasuh dan orang dewasa lainnya yang berada di sekitar anak menjadi sangat penting agar media menjadi bermanfaat bukan sebaliknya.

Kemajuan teknologi komunikasi informasi berbasis IT (information teknologi) seperti telivisi, internet, handphone dan aneka media social (facebook, twiter, kakao, skype,  telah merubah pola perilaku komunikasi sosial masyarakat, dari komunikasi sosial konvensional kepada bentuk komunikasi sosial yang modern. Selain daripada itu komunikasi informasi berbasis IT juga telah merubah format perilaku sosiokultural dan kehidupan psikologis masyarakat . Salah satu dampak revolusi komunikasi informasi berbasis IT tersebut adalah terbentuknya pola perilaku yang serba cepat, ringkas, praktis dan juga efisien, sehingga cenderung melahirkan  sikap hidup yang yang cenderung praktis, pragmatis, hedonis dan individualis. Dengan kata lain, revolusi komunikasi informasi berbasis IT di Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosiopersonality (kepribadian sosial) dalam kehidupan bermasyarakat. Namun demikian, kita juga tidak bisa memungkiri adanya efek positp dari proses revolusi komunikasi informasi berbasis IT tersebut, terutama efek penyebaran informasi dan perluasan wawasan masyarakat terhadap nilai-nilai sosial baru yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan hidup keluarga maupun masyarakat.
            Indonesia sebagai bagian dari tata kehidupan  dunia internasional , mau tidak mau harus menerima kenyataan dan membuka diri terhadap kemajuan teknologi informasi ini. misalnya kehadiran puluhan Telivisi swasta dan mudahnya akses internet serta orang mempunyai HP, tidak perlu membuat masyarakat menjadi panik dan over protektif terhadap perilaku dari anak-anak kita. Sikap yang paling bijak adalah waspada dan sudi meluangkan waktu untuk berdialog dan menemani anak-anak kita diwaktu mereka menonton televise atau berselancar didunia maya. Disamping itu orang tua juga harus mau belajar dan memperluas wawasan (dengan membaca dan menonton) sehingga bisa mengimbangi pengetahuan global dari anak-anak kita, sehingga dialog bisa berjalan secara berimbang. Bahkan kalau perlu orang tua tidak perlu malu belajar dari anak-anak kita .
            Indonesia sebagai bagian dari tata kehidupan dunia internasional, mau tidak mau harus menerima kenyataan hadirnya ‘kehidupan baru’ pada era teknologi informasi dan komunikasi ini. Sebagai negara yang menerapkan kebijakan “open sky polecy  atau kebijakan langit terbuka, kita harus siap menerima dan mengakses segala informasi, baik yang konstrukstif maupun destruktif , dari peralatan media massa kita, khususnya media telivisi, radio, koran majalah, film dan internet.  Catatan kecil ini mencoba menyoroti dampak media informasi komunikasi informasi berbasisIT dari sudut pandang psikologi.
Permasalahan Kita
Anak rentan terhadap pengaruh media
Pengaruh media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih dan jumlahnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV, bermain playstation,menonton video/DVD/VCD daripada melakukan hal lainnya. Akibatnya banyak anak yang sulit di ajak belajar, tidak suka makan, lupa mandi, lupa sholat, ngaji, tata karma sangat rendah bahkan berani membangkang kepada orang tua, suka berkelahi dan lain lain sebagainya. Mengapa semua ini terjadi ? karena anak belajar hal itu semua dari apa yang dia lihat, dia dengar dan yang dia tangkap dari TV, Playstation dan lainnya. Dengan kata lain anak itu banyak belajar dengan cara melakukan imitasi atau meniru dari model yang dilihat atau didengarnya setiap hari di TV atau media lainnya.
 Pola anak dalam mengkonsumsi media memang dapat mempengaruhi perilaku anak anak kita secara keseluruhan. Saat ini, tampaknya sulit memisahkan anak-anak dari media. Bayangkan anak sehari-hari menggunakan TV, menonton VCD/DVD, bermain video game, menggunakan internet, membaca komik, memakai handphone dan sebagainya. Anak-anak masa kini adalah anak-anak yang sejak lahir telah terbiasa dengan kehadiran media tersebut diatas, media tersebut “mengepung” anak. Media telah menjadi bagian sehari-hari dari kehidupan anak. Media menjangkau semua orang dimana-mana.
Media merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Disatu sisi, media, menampakkan wajah ‘prososial’. Disisi yang lain menampilkan wajahnya yang ‘asosial’. Pada sisi prososial, media melakukan penyebaran informasi melalui media seperti suratkabar, televisi, radio, film, dan internet telah membentuk pengetahuan dan pendapat manusia mengenai berbagai peristiwa atau hal yang menyangkut kehidupan. Pada wajahnya yang positif, media membawa muatan prososial. Misalnya, acara pendidikan dan informasi di TV, buku cerita anak, situs-situs pendidikan di internet, film-film yang menghibur dan sekaligus mendidik, atau videogame yang sehat bagi anak. 
Namun, pada saat media menampilkan sisi negatifnya, media menjadi destruktif. Media menampilkan muatan yang tidak baik dikonsumsi, terutama anak-anak seperti misalnya menampilkan sisi kekerasan, situs porno, komik porno, film atau game kekerasan. Media dikatakan membawa muatan anti-sosial.
Siapa yang paling gampang terpengaruh/terpapar efek buruk dari Media ? Jawabnya adalah anak dan remaja. Mengapa ?
1.      Karena anak-anak dan Remaja yang biasanya belum kritis
2.      Anak dan Remaja umumnya senang mengimitasi apa yang dilihat atau apa yang didengar
3.      Pengaruh teman sebaya/peer group.

Media Apa Yang Wajib Diwaspada
1.      Televisi
Televisi atau TV adalah medium yang paling banyak digunakan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Demikian pentingnya TV dalam banyak rumah. Pesawat TV umumnya diletakkan dalam jantung rumah tangga, yakni ruang keluarga. Di antara berbagai media massa, TV dianggap paling berpengaruh. Namun sayang aktivitas TV memangkas waktu interaksi manusia dewasa ini, misalnya interaksi dalam keluarga, menimbulkan dampak negatif berupa peniruan dan penanaman nilai pada anak-anak dan remaja, berkontribusi pada gaya hidup yang tidak sehat, menimbulkan sifat konsumtif, dan sebagainya. Fungsi siaran TV sebagai hiburan jauh lebih menonjol dibanding fungsi yang seharusnya bisa diperankan berupa informasi dan edukasi.

Apa masalahnya dengan menonton TV pada anak ?
Banyak anak menonton TV bukan hanya tayangan anak. Anak menonton segala acara, termasuk tayangan kehidupan orang dewasa. Masalahnya, jika anak menonton acara anak pun, belum tentu anak akan bebas dari virus buruk TV. Banuak acara TV bertema kekerasan dan mistik. Aksi kekerasan semacam membunuh, menembak, memukul, menampar, menendang, dan melukai sangat banyak tampil dalam acara anak-anak, baik animasi maupun sinetron. Ini belum ditambah dengan kekerasan verbal dan kata-kata kasar.

1.   Video Game
Tidak semua game itu sehat karena semakin lama makin banyak game yang mengandung kekerasan. Misalnya seperti : Mortal Combat, Tomb Rider, Resident Evil, Street Fighter, dan lain-lain. Video game ini merupakan game yang diperuntukkan bagi orang dewasa, tetapi menjadi permainan populer di kalangan anak –anak. Video semacam ini menyajikan darah dan kekejaman secara ekspresif dan menu utama. Belakangan, game kekerasan juga banyak yang mengandung muatan seks.

Video game (baik yang muatannya sehat) dapat juga membawa dampak buruk karena permainan ini sangat berpotensi mengucilkan anak-anak dari lingkungan sosialnya. Permaianan elektronik ini sangat menghambat anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Mereka hanya bermain sendirian, interaksi dilakukan hanya dengan tokoh-tokoh maya yang padaa tingkat tertentu dapat mereka kendalikan dan mereka prediksi perilakunya.
Dengan demikian permainan elektronik ini menutup peluang anak untuk berlatih menghadapi orang-orang lain dalam kehidupan sebenarnya. Permainan ini berpotensi menghambat proses sosialisasi anak-anak. Permainan ini juga dapat membuat anak kecanduan.

2.   Internet
Internet menjadi media yang makin populer dan dekat dengan kehidupan manusia modern sekarang ini, tak terkecuali anak dan remaja. Nilai guna dan sisi positif internet adalah meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan membaca, sebagai alat komunikasi, membantu untuk penelitian, sebagai alat hiburan dan membentuk jaringan. Adapaun nilai destruktif atau sisi negatif internet yang paling banyak disebut adalah pornografi. Anak menjadi korban pornografi di internet dengan dua cara : sebagai konsumen dan sebagai komoditas. Anak sebagai komoditas internet dipakai oleh kaum pedofilia untuk meng”akses’ anak. Saat ini, situs yang paling populer adalah situs jaringan pertemanan, facebook. Selain itu anak jugas mengenal situs twitter, plurk dan sebagainya. Selain menggunakan internet untuk berkomunikasi, anak juga menggunakannya untuk bermain game on-line atau untuk mengerjakan tugas sekolah.
3.   Handphone/Ponsel
Anak-anak banyak menggunakan ponsel. Media yang satu ini punya kemampuan yang banyak sekali, bukan sekedar untuk menelpon atau sms, dan lain-lain. Hp juga dapat dipakai untuk mengakses internet. Survei YPMA (yayasan Pengembangan media anak)  tahun 2006 menunjukkan bahwa anak umumnya menggunakan HP untuk meng-SMS, menelpon teman, memotret, bermain game dan bertukar gambar melalui MMS. Hanya sebagian kecil, anak yang menggunakan HP untuk menelpon orangtua mereka.

4.   Film VCD/DVD
Anak-anak mudah mendapatkan film VCD/DVD di pasaran. Selain itu, harganya murah. Rental film VCD/DVD bertebaran dimana-mana. Masalahnya adalah, film yang beredar banyak sekali yang tidak sehat dikonsumsi anak, karena mengandung seks dan kekerasan. Tambahan pula, orangtua banyak sekali yang tidak mengontrol konsumsi film untuk anaknya.
Kadang, menonton VCD/DVD di rumah dilakukan secara berkelompok. Potensi anak untuk menonton film-film dewasa yang belum pantas ditontonya pun menjadi besar apalagi karena tiadanya kontrol, pengawasan atau seleksi film oleh orangtua.
5.   Komik
Salah satu yang banyak dikeluhkan pada masa kini adalah rendahnya minat baca anak. Kalau toh suka membaca, yang disukai anak adalah membaca komik. Dari anak sampai remaja suka komik. Kebanyakan yang disukai adalah komik Jepang. Jenis komik ini banyak berisi muatan kekerasan dan banyak mengandung seks.
Sebenarnya banyak di antara komik Jepang tersebut yang bukan diperuntukkan untuk anak, tetapi untuk remaja bahkan dewasa (karena banyak unsur seks yang ditampilkannya). Tetapi karena tampilannya komik, anak-anakpun banyak yang mengkonsumsinya. Apalagi orangtua juga seringkali tidak mengontrol atau menyeleksi komik yang dibaca anak. Banyak orang, mengira karena bentuknya komik maka itu adalah bacaaan anak.
Melek Media
Apakah kita harus menghindarkan anak-anak dari Media ? Tidak Perlu !! anak harus melek media, sebab bagaimanapun media tetep dibutuhkan dan diperlukan bagi proses tumbuh kembang anak. Anak harus melek media artinya anak harus dilatih memiliki kemampuan-kemampuan  atau semacam daya kritis untuk mengakses, memilih dan memilah media dan menggunakannya sesuai kebutuhan. Melek media membuat orang  menggunakan media secara sadar Orang yang melek media tidak akan bersikap pasif secara sadar. Kemampuan ini terentang dari mulai timbulnya kesadaran dalam menggunakan media hingga sedikit banyak kita mengetahui bagaimana mengoperasikan media dan bagaimana media diproduksi.

Secara rinci, kemampuan melek media antara lain :
  • Kita sadar dalam menggunakan media
  • Kita tahu apa guna kita mengkonsumsi media
  • Kita kritis terhadap isi media
  • Kita dapat menyeleksi jenis dan isi media yang dikonsumsi, sesuai dengan usia dan kebutuhannya
  • Kita dapat mengatur kapan waktu mengonsumsi media dan membatasi jumlah jamnya.
  • Kita mengetahui apa dampak media
  • Kita mampu mengoperasikan media
Mengingat kondisi perkembangan media yang ada sekarang dan bagaimana pola konsumsi media anak, maka kemampuan melek media adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh guru dan orangtua. Dalam hal inilah, maka sekolah harus memberi perhatian pada apa yang disebut sebagai PENDIDIKAN LITERASI MEDIA.


[1] Drs. Soleh amini Yahman. Msi.Psikolog. dosen & praktisi psikologi Fakultas Psikologi UMS


    
5. 
 




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar